Jawabannya menjadi misteri bagi kebanyakan orang. Karena ketidaktahuan tersebut orang kemudian memberikan jawaban mitos.
Mitos no 1: Jika semua orang tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi professional dan terkenal maka semua orang akan melakukannya.
Mitos no 2: Kamu harus beruntung, ditemukan, dan melakukan apa yang harus dilakukukan pada tempat dan waktu yang tepat.
Mitos no 3: Kamu harus berbakat dan memiliki koneksi dengan orang dalam (industri musik).
Bagi kebanyakan gitaris pemula ketiga pernyataan diatas terasa sangat logis karena kebanyakan dari mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam dunia industri musik. Mereka mempercayai mitos diatas jika ditanya bagaimana membuat rekaman, bagaimana rasanya tour 30 kota, bagaimana rasanya menjadi terkenal, dll.
Ketika musisi ataupun pemain gitar mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut didalam dirinya sesungguhnya ia telah melangkah pada level yang lebih lanjut dibandingkan dengan para player yang jauh lebih jago secara teknis namun masih saja sibuk mengurusi teknik hamer-on, pull-off, taping dua tangan, meniru suara kuda, membanting gitar setelah konser selesai dan sibuk mengurusi gaya rambutnya. Maka dari itu bagi para player perlu menyadari pentingnya menjadi musisi yang berfikir, mau melangkah kemana setelah lebih dari 50% teknik-teknik gitar dikuasai (tidak mungkin 100% seperti steve vai). Berikut adalah pertanyaan yang sangat memberdayakan.
Bagaimana aku bisa berkembang menjadi professional?
Bagaimana aku menciptakan keberuntungan?
Bagaimana supaya aku ditemukan produser dan pencari bakat?
Bagaimana caraku mendapatkan koneksi masuk industri musik?
Menjadi dewa angin dengan memainkan melodi super cepat pada gitar sepertinya jauh lebih mudah dari pada menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas. Dibutuhkan keterampilan lain untuk menjawabnya, dan tidak semua player cocok dalam urusan seperti ini.
Kita coba kembali pada ketiga mitos diatas
Mitos no 1: Jika semua orang tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi professional dan terkenal maka semua orang akan melakukannya.
Ribuan gitaris jago di Indonesia dan jutaan lainnya di seluruh dunia memimpikan untuk menjadi gitaris professional yang disegani, kaya dan terkenal. Banyak diantaranya mencoba untuk berhasil namun terlalu banyak yang berjalan ditempat dan tidak kemana-mana. Kita bisa lihat pada diri sendiri, teman maupun tetangga kita yang anak band yang mencoba serius bermusik. Mimpi mereka besar namun masalahya adalah terletak pada apa yang mereka kerjakan. Kebanyakan dari mereka mengetahui apa yang mereka harus lakukan namun biasanya mereka tidak melakukannya karena berbagai sebab. Jadi permasalahannya disini bukan mengetahui apa yang harus dilakukan tetapi melakukan apa yang telah diketahui.
Mitos no 2: Kamu harus beruntung, ditemukan, dan melakukan apa yang harus dilakukukan pada tempat dan waktu yang tepat.
Beruntung adalah hasil dari perencanaan yang baik !! menerapkan apa yang sudah direncanakan, kemudian berkreasi, dan fokus.
Bertindak pada waktu dan tempat yang tepat adalah sangat sangat mudah untuk dilakukan. Tahukah kita bahwa label-label rekord menerima demo lagu? Mengapa tidak kita bawa demo lagu kita kepada para produser, publisher, atau record company?
Sebelum kita melakukannya kita perlu tahu berapa banyak musisi yang telah dan sedang melakukan hal yang sama. Disekitar kita banyak musisi berbakat sedang ‘mengantri’. Mereka melakukan hal yang tepat namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hanya sedikit yang berhasil masuk?
Mungkin jawaban kita adalah, “mungkin produser sedang mencari satu atau tiga band saja?”
Yup jawaban tersebut bisa dijadikan alasan, tapi apakah kenyataanya seperti itu? TIDAK!!
Orang-orang industri musik tidak mendapatkan apa yang mereka cari. Mereka banyak bertemu musisi namun memilih untuk tidak bekerjasama dengan mereka. Perlu diketahui bahwa industri musik mencari bakat-bakat baru dengan musik yang bagus. Banyak musisi bagus dengan musik yang bagus dan sepertinya cocok dengan keinginan industri musik namun pada kenyataanya tidak semudah itu.
Perusahaan musik industri tidak akan menginvestasikan ratusan juta kepada artis maupun band kecuali mereka yakin bahwa artis maupun band tersebut dapat menghasilkan uang yang cukup besar melebihi pengeluaran dan waktu yang digunakan untuk berinvestasi. Sekarang kebenarannya mulai terlihat bahwa berinvestasi dalam jumlah yang sangat besar terhadap manusia adalah sangat dan sangat beresiko. Ketika perusahaan musik menerima kita berarti mereka berinvestasi tidak hanya terhadap musik namun juga berinvestasi terhadap kita. Mereka memastikan kalau berinvestasi terhadap kita dapat menghasilkan uang yang sangat besar meskipun resikonya juga tak kalah besar. Yup, mereka menginginkan lagu yang bagus dan musisi yang bagus tetapi juga orang yang tepat. Bukan hanya seonggok tubuh dengan nama Adi, Budi, Sugeng, Inem, dll.
Contoh sederhana. Saat ini ada musisi bagus dengan grup band bagus dan lagu yang bagus. Band tersebut terkenal dan memiliki fans. Sebut saja band lokal yang terkenal di daerahnya. Ternyata si pencipta lagu dan vokalis adalah pengguna drug. Nah, sekarang posisikan diri kita menjadi seorang produser. Maukah kita berinvestasi terhadap band dengan lagu dan musisi bagus sebesar Rp.500 juta namun personel intinya bermasalah? Tidak bukan? Beberapa dekade lalu ada perusahan musik yang berinvestasi terhadap band macam ini dan rugi besar. Ini adalah contoh ekstrim, namun contoh tersebut mengilustrasikan resiko bekerjasama dengan orang (musisi) dapat membunuh kesempatan besar.
Untuk banyak alasan, bagi kita yang memiliki impian kesana musik industri terasa semakin sulit untuk dijangkau. Namun perlu diketahui bahwa bekerjasama dengan para musisi, para bisnisman musik melihat apa yang ada dibalik skill, performa band, maupun lagu. Banyak musisi tidak mengerti mengapa lagu terbaru mereka tidak meledak dipasaran padahal lagu-lagu tersebut sangat bagus.
Banyak musisi bagus dengan lagu yang bagus dengan impian yang sama ingin menjadi terkenal. Kenyataanya tidak banyak musisi ataupun band yang memiliki paket yang lengkap. Paket tersebut terdapat dibalik musiknya, bandnya, lagunya. Pertandingan dimenangkan pertamakali dalam pikiran dan kalah pertamakali dalam pikiran. The secret to what is missing in most musicians, is what is (or is not) in their minds.
Mitos no 3: Kamu harus berbakat dan memiliki koneksi dengan orang dalam (industri musik).
Hampir sama dengan mitos nomor dua. Hanya karena kita kenal dengan orang dalam bukan berarti orang dalam tidak memiliki pertimbangan, kecuali dua keadaan :
1. Kita memiliki hubungan yang sangat baik (mengenal seseorang tidaklah cukup jika orang yang kita kenal memiliki kenalan yang sangat banyak)
2. Kita adalah orang yang tepat. Tidak hanya musik yang bagus dan orang yang berbakat, namun dibalik itu semua, kita menjadi orang yang tepat. Mudahnya begini, kita = investasi, investasi adalah kita.
Perlu waktu untuk memahami ini. Musik industri sekarang ini berbeda dengan era 1970’s, 1980’s, 1990’s, bahkan hanya berselang beberapa tahun yang lalu. Musisi harus tahu tentang perubahan ini bahwa resiko terbesar perusahan musik adalah menginvestasikan uangnya untuk manusia (musisi dan band).
Oleh karena itu penting bagi para musisi untuk belajar menjadi ?orang yang tepat?, dan setelah itu, kita kembangkan skill tambahan untuk mempertahankan karir kita dimusik.
Nah ini adalah masukannya:
1. Fokus, lihat nilai yang terdapat dalam diri kita. Personalitas, kebiasaan, aksi, atau apapun yang berhubungan dengan kekuatan yang dapat membuat orang mengangkat kedua ibu jarinya untuk kita.
2. Teruskan mencipta lagu.
3. Belajar tentang industri musik yang akan kita masuki dan jangan dengarkan orang yang belum pernah masuk di industri musik berbicara tentang industri musik. Jika kita mau mengadakan tour 30 kota, maka jangan dengarkan masukan orang-orang yang belum pernah melakukannya. Inilah mengapa kuliah di jurusan musik agar bisa masuk ke industri musik adalah kurang tepat karena system disana tidak mengarah pada jalur industri musik. (Saran yang bisa diterima bagi yang berminat kuliah di musik : ketahui minat kemanakah kita ingin berkecimpung, bidang pendidikan atau industri musik? karena sekali lagi universitas dengan program studi musik kebanyakan tidak mengarah ke industri musik dan ini bisa menghemat banyak waktu).
4. Pastikan diri kita tahu mengapa kita ingin menjadi musisi professional. Sepertinya klise namun ini bisa kita jadikan sebagai kompas perjalanan hidup.